4022 Wisudawan Dikukuhkan UMI Periode II 2025, Kisah Kursi Kosong, Perjuangan Yatim Piatu hingga Cerita Manis Alumni Nonmuslim

Author Website UMI

/

Makassar, umi.ac.id Pagelaran Wisuda Universitas Muslim Indonesia (UMI) menyisahkan banyak cerita berkesan. Ini tidak hanya sekedar prosesi sakral yang cenderung kaku pada umumnya. UMI leboh memilih memberi ruang lebih berbeda untuk meunjukan dan mendegarkan banyak kisa haru dari para wisudawan.

Pada wisuda periode II tahun 2025 yang diikuti sebanyak 4.022 orang ini digelar di Phinisi Ball Room Claro Hotel, Jalan AP Pettarani Makassar, selama empat hari berturut-turut sejak, Minggu 31 Agustus hingga Rabu 4 September 2025. Pada momen wisuda empat hari ini, seluruh tingkatan mulai Diploma, Sarjana, Magister hingga Doktor.

Rektor UMI Prof. Dr. H Hambali Thalib, SH, MH, mengatakan selamat atau pencapaian alumni yang telah diwisuda. Dirinya berharap agar ilmu yang didapatkan bisa ditetapkan di tengah masyarakat.

“Dirinya mengatakan, adapun perubahan dalam hidup, tidak selalu cepat terjadi. Hal itu butuh proses panjang lewat keberanian dalam melakukan sesuatu. Perubahan itu tidak selalu berawal dari yang besar melainkan dapat lahir dari keberanian, kesederhanaan. Seperti berani untuk berbeda, menyuarakan kebaikan, dan mencoba hal-hal baru,” jelasnya.

Prof Hambali Thalib yang juga guru besar di bidang hukum ini mengatakan bahwa UMI ikut merespon dinamika sosial yang terjadi belakangan ini terjadi. Untuk itu, dia telah mengeluarkan kebijakan kuliah daring demi kenyamanan mahasiswa.

“UMI selalu berupaya hadir dalam membantu dan memberikan solusi untuk kemaslahatan bangsa,” tandasnya.

Ketua Pengurus Yayasan Wakaf (YW) UMI, Prof. Dr. Hj. Masrurah Mokhtar, MA, menyebutkan, hari ini adalah hari yang istimewa, tidak hanya bagi para wisudawan, tetapi juga bagi kita semua. Wisuda bukanlah sekadar seremoni, melainkan momentum yang sarat makna.

“Dalam setiap toga yang dikenakan, tersimpan cerita panjang perjuangan: semangat, kerja keras, air mata, doa, bahkan pengorbanan. Dan di balik setiap kursi yang ditempati wisudawan, ada wajah orang tua, keluarga, serta guru-guru yang dengan penuh kesabaran mendampingi perjalanan ini,” jelasnya.

Husnul Khatimah Meninggal Sebelum Diwisuda
Husnul merupakan mahasiswi Fakultas Agama Islam berprestasi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Ia telah menyelesaikan ujian skripsi dan mendaftar sebagai peserta wisuda.

Namun takdir berkata lain. Husnul berpulang ke rahmatullah 16 hari sebelum momen bersejarah itu tiba. Meski begitu, pihak kampus tetap menganugerahkan gelar sarjana secara simbolis.

“Izinkan saya secara khusus mewisuda Almarhumah secara simbolik,” kata Prof Hambali Thalib di depan ratusan wisudawan

Wisuda Yatim Piatu

Tujuh wisudawan tampil di panggung. Mereka dari Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Ilmu Komputer — menjalani hari bahagia itu sebagai anak-anak yatim piatu yang menembus rintangan berat pendidikan tanpa figur ayah maupun ibu di sisi mereka.

Tak ada sosok ayah yang menatap penuh kebanggaan. Tak ada sosok ibu yang menitikan air mata haru. Hanya ada doa yang terucap lirih, rindu yang terpendam, dan semangat pantang menyerah yang menyinari ruang.

Di saat protokoler acara membacakan kisah mereka, Ballroom mendadak hening kemudian dipenuhi rasa haru. Para guru besar menunduk penuh rasa. Orang tua wisudawan lain menatap anak-anak mereka.

Kisah Manis Mahasiswa Non Muslim Wisuda di UMI
Wisuda periode kedua pada tahun 2025 ini diikuti 4 ribuan wisudawan dan wisudawati. diantara mereka, terdapat 21 mahasiswa Nonmuslim yang memiliki kesan menarik selama kuliah di UMI

“Sebagai mahasiswa nonmuslim, saya merasakan betapa besar arti kebersamaan, toleransi, dan persaudaraan yang terjalin selama masa studi saya,” kata Jessica, wisudawan Fakultas Sastra Ilmu Komunikasi dan Pendidikan (FSIKP) saat mewaili mahasiswa Nonmuslim memberikan testimoni.

Dia juga juga mengungkapkan jika selama masa studi, tak pernah sama sekali menerima perlakuan diskriminatif.

“Walaupun UMI lembaga pendidikan yang sekaligus membawa misi dakwah Islam, saya diperlakukan dengan adil tanpa ada perbedaan. Saya belajar bahwa dakwah tidak hanya berarti mengajak dengan kata-kata, tapi juga dengan keteladanan, dengan akhlak, dengan ilmu,” tuturnya disambut tepuk tangan.

Tidak hanya kisah yang membuat air mata jatuh tanpa sadar di atas, ada juga cerita inspitatif lainnya pada pelaksanaan wisuda UMI periode II tahun 2025 seperti prestasi alumni FSIKP UMI yang menjalani proses akademik sambil tetap bertugas sebagai delegasi TNI dalam misi perdamaian internasional di Lebanon.

Kisah inspiratif lainnya juga datang dari wisudawan tunanetra. Meski dengan keterbatasan, namun ia tetap memilih untuk meanjutkan belajar di tingkat pendidikan tinggi di UMI. (*)

SHARE ON