Medan, umi.ac.id – Pada Jumat pagi di Tanjung Pura, Medan, langkah tim medis gabungan AMDA Indonesia, FK UMI—melalui AMSA UMI dan TBM 110—serta PERDATIN Medan dimulai dengan satu tujuan, memastikan tak satu pun penyintas banjir terabaikan dari layanan kesehatan.
Sejak pukul 09.00 WITA, Tim yang didominasi dari Fakultas Kedokteran UMI ini bergerak menuju dua posko darurat yang menjadi tumpuan ratusan warga.
Di posko pertama, suasana relatif terkendali. Pemeriksaan kesehatan dilakukan bergantian, sementara suara anak-anak yang batuk dan percakapan pelan para penyintas memenuhi ruangan. Di sinilah beberapa tindakan medis dilakukan, termasuk penjahitan luka pada warga yang mengalami cedera akibat benda tajam yang terbawa arus.
Perjalanan menuju posko kedua menjadi cerita berbeda. Jalanan yang masih terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa memaksa tim membawa peralatan medis sambil menahan arus yang sesekali menguat. Namun setiap langkah terasa sepadan ketika mereka disambut warga yang berkerumun di posko evakuasi—lelah, tetapi penuh harap.
Di tempat itulah sebagian besar pasien dengan keluhan infeksi kulit, demam, dan luka-luka ringan ditangani. Senyum tipis para penyintas yang menerima layanan seolah menjadi balasan hangat atas lelah yang dibawa oleh tim medis.
Dalam satu hari itu saja, 92 orang berhasil mendapatkan pertolongan. Namun kebutuhan masih banyak. Tim membutuhkan tambahan alat tindakan penjahitan luka, peralatan sterilisasi, hingga obat-obatan dasar seperti analgetik, antipiretik, antibiotik, dan salep khusus.

Dekan FK UMI, Dr. dr. H. Nasrudin A. Mappaware, Sp.OG(K), MARS., M.Sc., bersama Presiden AMDA Indonesia, Prof. dr. Syarifuddin Wahid, Ph.D., menegaskan bahwa keberangkatan tim ini merupakan wujud kontribusi nyata institusi pendidikan dan organisasi profesi dalam membantu masyarakat di masa krisis.
“Kami hadir untuk mendukung masyarakat Sumatera yang sedang menghadapi masa sulit. Sinergi relawan ini menjadi kekuatan penting dalam membantu percepatan pemulihan,” ujar Dr. Nasrudin.
Ia juga menambahkan bahwa keterlibatan dosen dan mahasiswa FK UMI merupakan bagian dari implementasi Program Kampus Berdampak yang dicanangkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Program tersebut mendorong perguruan tinggi agar tidak hanya fokus pada pembelajaran di kelas, melainkan turut hadir memberikan solusi atas persoalan sosial, kemanusiaan, dan kebencanaan.
“Melalui aktivitas ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengasah keterampilan profesional, empati sosial, dan kepemimpinan di lapangan,” jelasnya.
Di tengah keletihan, para tenaga medis tetap menyelipkan harapan. Mereka memohon doa dan dukungan dari para pembina, senior, dan keluarga agar pelayanan berikutnya dapat berlangsung lebih lancar dan lebih luas menjangkau masyarakat terdampak. Karena bagi mereka, setiap langkah kecil di genangan adalah bagian dari ikhtiar besar untuk memulihkan Tanjung Pura, Medan.
(HUMAS)
