Malaysia, umi.ac.id – Hari pertama QS Higher Education Summit Asia Pasific di Kuala Lumpur Convention Center (KLCC), Malaysia menghadirkan sebanyak 27 orang pakar dan praktisi pendidikan global serta perguruan tinggi QS Ranking Asia dan Pasifik.
Sebanyak 134 perguruan tinggi QS Ranking dan perguruan tinggi yang dipersiapkan memperoleh peringkat versi QS. Universitas Muslim Indonesia (UMI) diwakili Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Hattah Fattah, MS. Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Promosi dan Ir. Syamsuddin Yani, MT.,Ph.D. Ketua Lembaga Penjamin Mutu memperoleh kehormatan menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta di luar Pulau Jawa yang memperoleh undangan.
UMI sedang mempersiapkan agenda menjadi 30 perguruan tinggi swasta terbaik di ASEAN pada tahun 2026 mendapatkan undangan khusus dari Panitia Penyelenggara QS Summit Asia Pasific 2023. Urgensi pencapaian peringkat QS Ranking sering menjadi pertanyaan kalangan perguruan tinggi di Indonesia.
Sejumlah pakar seperti Prof. Nigel Healey (Vice President Global and Community Engagement University of Limerick), Hugh Edmisto (Singapore Management University), Gordon Scott (Managing Director Successful Graduate, Australia), Prof. Aaron Thean (Deputy President Academic Affairs National University of Singapore), Prof. Joshua Mok (Vice President at Lingnan University), dan Mock Yi Jun (Co-founder and President at Advisory Singapore) menyampaikan bahwa sasaran QS Ranking adalah peningkatan kualitas pendidikan, aksesibilitas pada jejaring perguruan tinggi dan masyarakat global, pencapaian kompetensi dan reputasi alumni, serta kepercayaan stakeholers, lapangan kerja, dan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) terhadap perguruan tinggi dan alumni secara berkelanjutan.
Para pakar menyepakati perolehan peringkat QS bukan sasaran utama tetapi konsekuensi dari penyelenggaraan pendidikan dan riset secara berkualitas serta keberhasilan pengembangan koloborasi dengan pemerintah, DUDI, dan komunitas global secara konsisten dan berkesinambungan.
Prof. Aaron Thean salah satu pembicara kunci pada hari pertama, memaparkan praktek terbaik implementasi pendidikan dan penelitian multidisiplin dari National University of Singapore (NUS).
Pendekatan multidisiplin dikembangkan berdasarkan kebutuhan kompetensi lulusan pada Abad ke-21. Struktur kurikulum baru NUS yang dirilis pada tahun 2022 meliputi tiga komponen yakni (1) mata kuliah umum (common curriculum), (2) mata kuliah bidang keilmuwan (compact major requirements) sebagai esensi muatan Program Studi (Prodi) serta (3) mata kuliah pilihan (expanded unrestricted electives) yang memfasilitasi mahasiswa memperoleh pilihan mata kuliah penunjang keahlian Prodi.
Muatan mata kuliah umum meliputi: (1) kecerdasan kritikal (critical intelligences), (2) keterampilan interdisipliner serta (3) kompetensi implementatif keahlian. Muatan kecerdasan kritikal meliputi pengetahuan komunitas dan pemberdayaan (communities and enggagement), pemahaman budaya dan koneksi, literasi data dan digital, dan kritik dan ekspresi (critique and expression), sebutnya.
Mata kuliah bidang keilmuwan menurut Prof. Aaron meliputi sistem dan desain pemikiran (design and system thinking), keberlanjutan dan masa depan (sustainable dan future), mengkreasi naratif, ruang pembuat (maker space), penguasaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligent) serta manajemen project.
Kompetensi implementatif keahlian dicapai melalui kegiatan project yang dilakukan mahasiswa di DUDI atau di lapangan secara terintegrasi. Project dilakukan berupa penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara terintegrasi, urainya.
Project mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjamin Mutu Pendidikan tinggi yang mengatur tugas akhir mahasiswa tidak lagi wajib berupa skripsi, sambungnya.
Penyiapan lulusan mengadaptasi disrupsi dan kompleksitas dilakukan NUS melalui penguasaan berbagai keahlian spesifik (multiple expertise) sebagai pengejewantahan dari pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) yang disebut dengan Combination Shaped Competency Model. Dalam menghadapi perubahan global sangat cepat dan membingunkan, mahasiswa NUS dibekali kemampuan menghadapi tantangan internal dan eksternal, ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Rektor V UMI Prof. Dr. Ir. H. M. Hattah Fattah, MS. mengungkapkan bahwa secara internal dikembangkan kemampuan mahasiswa untuk mengadaptasi kencederungan kebutuhan pasar kerja, kesiapan mental, dan soft skill.
Kesiapan menghadapi tantangan eksternal berfokus pada penguatan kemampuan mahasiswa beradaptasi terhadap disrupsi dan penerapan teknologi otomasi. Pendidikan di NUS menggunakan perpaduan pendekatan monodisiplin (single major) dan interdisiplin (double major) yang disebut dengan jalur ganda (multiple pathways), jelasnya.
Lanjut dikatakan bahwa Mata kuliah pilihan terdiri dari tiga kategori yakni pilihan umum serta dua pilihan minor yang secara keseluruhan telah mengadaptasi kebutuhan pemerintah dan nasional serta DUDI dan komunitas di dalam negeri dan konteks global.
Penerapan AI sebagai dampak dari Revolusi Industri 4,0 telah menjadi fenomena baru pada perguruan tinggi QS Ranking, tutup Guru Besar FPIK UMI tersebut.
Prof. Dato Ts Dr. Norazah Binti Mohd Nordin (Universiti Kebangsaan Malaysia) dan Prof. Lerwen Liu (Nanyang Technological University, Entrepreneurship Academy) menjelaskan AI telah diaplikasikan pada proses pembelajaran dan Management Learning System (LMS) di berbagai perguruan tinggi QS Ranking termasuk di Malaysia dan Singapore.
(HUMAS)