Aceh.umi.ac.id. Dalam rangkaian kunjungan resmi ke Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Pimpinan Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia (YW UMI), Rektor UMI bersama Wakil Rektor I dan Wakil Rektor V menyempatkan waktu untuk melakukan ziarah ke makam raja-raja berdarah Bugis yang bersejarah di Tanah Rencong. (21/5) yang berada di Komplek Museum Aceh.
Ziarah ini merupakan bagian dari upaya menelusuri dan merawat jejak sejarah panjang hubungan antara masyarakat Bugis dan Aceh, sekaligus sebagai penghormatan terhadap tokoh-tokoh masa lalu yang memiliki peran penting dalam sejarah kebudayaan dan pemerintahan di Aceh.
Ketua Pembina YW UMI, Prof. Mansyur Ramly, SE., Msi., di sela kegiatan menyampaikan bahwa ziarah ini bentuk penghormatan dan momen penuh makna. Raja-raja berdarah Bugis yang pernah berperan besar di Aceh adalah simbol keterhubungan budaya, kekuasaan, dan perjuangan,

Prof. Mansyur Ramly menuturkan bahwa ziarah ke makam raja-raja berdarah Bugis ini mengingatkan akan kisah luar biasa para tokoh Bugis masa lalu yang rela berlayar meninggalkan kampung halaman demi menjemput masa depan di negeri orang.
“Perjalanan mereka sangat luar biasa. Para tokoh Bugis berlayar jauh dari tanah kelahiran, menunjukkan keberanian dan semangat pantang menyerah. Mereka bukan hanya pelaut ulung, tapi juga sosok yang mampu beradaptasi dan memainkan peran penting di tempat tujuan. Bahkan di Aceh, mereka dipercaya menjadi pemimpin. Ini adalah bagian dari sejarah yang patut kita banggakan dan teladani,” ujar Prof. Mansyur

Sementara itu, Ketua Pengurus YW UMI, Prof. Dr. Hj. Masrurah Mokhtar, menyampaikan bahwa kunjungan ini sekaligus menapaki jejak para raja Bugis di Aceh. Ini membuktikan bahwa hubungan Sulawesi Selatan dan Aceh telah lama terbina
“ Ziarah ke makam Raja berdarah Bugis menunjukkan bahwa Sulsel dan Aceh telah lama terbina, ujarnya
Rektor UMI, Prof. Dr. H. Hambali Thalib, SH., MH., juga menambahkan bahwa ziarah ini memiliki nilai spiritual dan kultural yang tinggi.
“Ziarah ini mengingatkan kita bahwa pendidikan tidak hanya soal teknologi dan inovasi, tetapi juga soal akar sejarah dan spiritualitas. Kami bersyukur dapat berziarah bersama pimpinan yayasan, sembari merenungi perjuangan para leluhur yang telah meletakkan dasar-dasar persatuan dan nilai keislaman yang kokoh,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa semangat mobilitas dan kontribusi leluhur Bugis-Makassar di tanah Aceh harus menjadi inspirasi dalam membangun kolaborasi yang berdampak nyata bagi masyarakat.
“Para tokoh Bugis yang datang ke Aceh bukan hanya berhasil beradaptasi, tetapi juga dipercaya menjadi pemimpin. Hari ini, kita meneruskan semangat itu melalui kerja sama antar universitas, pengembangan technopark, dan hilirisasi komoditas lokal seperti nilam, yang ujungnya adalah pemberdayaan umat dan bangsa,” ujarnya.

Wakil Rektor V UMI yang juga Direktur JK Research Centre, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Hattah Fattah, MS menegaskan di sela kunjungan ke USK juga dilakukan ziarah ke makam raja-raja berdarah Bugis di Aceh.
“Perjalanan leluhur Bugis-Makassar ke Aceh bukan sekadar migrasi, tetapi cerminan keberanian, visi kebangsaan, dan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Mereka datang sebagai pelaut, namun hadir sebagai pemimpin dan negarawan. Ini menjadi inspirasi bahwa mobilitas intelektual dan sosial telah diwariskan jauh sebelum kita, dan kini menjadi tugas kita untuk melanjutkannya dalam bentuk kerja sama keilmuan dan inovasi,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa keterhubungan sejarah antara Bugis-Makassar dan Aceh memperkuat landasan kerja sama lintas daerah yang kini dikembangkan oleh UMI, khususnya melalui JK Centre yang berfokus pada kajian Islam, budaya, dan peradaban Nusantara.

“Kami di JK Centre melihat pentingnya menjembatani masa lalu dan masa depan. Relasi Bugis dan Aceh dalam sejarah bukan hanya kisah migrasi, tapi juga pertukaran gagasan, nilai, dan kepemimpinan. UMI siap mengambil peran strategis dalam menghidupkan kembali semangat itu melalui kolaborasi pendidikan dan kebudayaan,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Rektor I UMI, Prof. Dr. Ir. H. A. Dirgahayu A. Lantara, MT., IPM., Asean.Eng saat diminta kesannya, mengatakan bahwa ziarah ke makam raja-raja berdarah Bugis di Aceh merupakan bagian penting dari perjalanan spiritual dan intelektual rombongan UMI selama kunjungan ke Banda Aceh.
“Ziarah ini bertujuan bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk mengambil hikmah dari perjuangan para leluhur Bugis yang telah menanamkan jejak sejarah di tanah Aceh. Mereka adalah contoh nyata dari keberanian, visi jauh ke depan, serta kemampuan beradaptasi yang luar biasa dalam membangun peradaban di tempat yang baru,” ujarnya.

Ziarah dilakukan secara khidmat dan diisi dengan doa bersama. Kegiatan ini juga mempertegas komitmen UMI untuk tidak melupakan sejarah, sekaligus membangun masa depan dengan menghargai warisan luhur para pendahulu.