Jeneponto, umi.ac.id – Program Desa Binaan Universitas Muslim Indonesia (UMI) merupakan salah satu wujud nyata pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat. Melalui program ini, UMI tidak hanya hadir sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan lulusan berkualitas, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam membangun dan memberdayakan masyarakat secara langsung.
Desa binaan menjadi ruang kolaborasi antara dunia akademik dengan kebutuhan masyarakat, sekaligus bentuk nyata kehadiran UMI di tengah-tengah kehidupan sosial. Tujuan utama dari program desa binaan adalah menciptakan desa yang mandiri, produktif, dan berdaya saing dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.
UMI berkomitmen mendampingi masyarakat desa melalui pendekatan pendidikan, penelitian, dan inovasi yang aplikatif sehingga mampu menjawab tantangan di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan sosial budaya. Dengan cara ini, desa binaan diharapkan dapat berkembang menjadi model pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.

Desa binaan juga memberikan manfaat ganda. Bagi masyarakat, kehadiran UMI melalui program ini menghadirkan peningkatan keterampilan, akses terhadap ilmu pengetahuan, serta peluang untuk mengembangkan usaha produktif yang dapat meningkatkan kesejahteraan.
Bagi mahasiswa dan dosen, desa binaan menjadi laboratorium hidup (living laboratory) untuk menerapkan teori, melakukan penelitian, dan melaksanakan pengabdian secara nyata di lapangan. Bagi UMI sebagai institusi, program ini memperkuat perannya sebagai universitas yang tidak hanya berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pemecahan masalah riil yang dihadapi masyarakat.
Lebih jauh, desa binaan menegaskan bahwa UMI bukan hanya hadir di ruang-ruang kelas dan laboratorium, melainkan benar-benar turun langsung ke tengah masyarakat. Kehadiran ini menjadi bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial universitas dalam membantu pemerintah daerah mempercepat pembangunan desa sekaligus mencetak generasi akademisi yang peka terhadap persoalan masyarakat.

Olehnya itu, UMI dan Pemkab Jeneponto berkomitmen mengimplementasikan semangat tersebut. Hal ini terlihat pada pertemuan dalam penandatanganan Kerjasama antara UMI dan Pemerintah Kabupaten Jeneponto tentang Peresmian Kelurahan Mitra Binaan Yayasan Wakaf UMI.
Rombongan pimpinan UMI disambut langsung oleh Bupati Jeneponto H Paris Yasir, SE, MM didampingi Wakil Bupati Jeneponto, serta para camat se Kabupaten Jeneponto, di Kantor Bupati Jeneponto, Jalan Lanto Dg Pasewang, Senin (18/8/2025). Rombongan UMI diikuti oleh Pimpinan Yayasan Wakaf UMI, Rektor dan Wakil Rektor, para Dekan, Direktur, serta Kepala Lembaga lingkup UMI.
Kerjasama ini memuat tentang Kelurahan Bontotanga, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, yang menjadi desa/keluragaan binaan UMI. Dengan demikian, UMI kini memiliki 35 Mitra binaan desa/kelurahan.
Kegiatan penandatanganan kerjasama ini dilanjutkan dengan penandatangan Naskah peresmian Mitra kelurahan Binaan UMI di Kelurahan Bontotanga, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto.
Dalam kesempatan itu, Rektor UMI Prof. Dr. H Hambali Thalib, SH, MH, mengungkapkan, penandatanganan ini sebuah perjalanan bersejarah bagi UMI dan Pemkab Bantaeng, khususnya dalam semangat memberikan kemanfaatan langsung kepada masyarakat.

Kerjasama ini menjadi bagia perjalanan sejarah di Sulawesi Selatan, hadirnya UMI Bantaeng dan Kelurahan Binaan di Jeneponto. Kedua wilayah ini bagai dua mata rantai yang akan menjadi poros kemajuan di Sulawesi Selatan, apalagi dengan kampus yang diresmikan kemarin, juga Jeneponto adalah kabupaten penyangga yang tentunya jika ada mahasiswa yang ingin melanjutkan ke Makassar bisa semakin dekat, yakni di Bantaeng,” terangnya.
Pembangunan desa/kelurahaan binaan UMI akan menjadikan desa ini sebagai laboratorium masa depan dalam memanfaatkan teknologi tepat guna, membina generasi muda yang memiliki karakter serta menanamkan nilai agama.
“UMI sebagai lembaga Pendidikan dan Dakwah memiliki Visi menghasilkan luaran yang berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan berakhlaqul karimah. Jepot memiliki aset masa depan yang berharga, dimana angin terus berhembus dan sinar matahari yang terus menyinari sepanjang tahunnya,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Jeneponto H Paris Yasir, SE, MM, menegaskan bahwa Jeneponto ada sebuah daerah yang masih terus membutuhkan ini sentuhan akademisi karena daerah ini tergolong masih wilayah yang baru berkembang.
“yang sangat kita harapkan kedep adalah Jeneponto ini adalah daerah yang sementara berkembang sesuai visi misinya. Jika ingin melakukan perubahan harus ada adaptasi,” tuturnya.
“Kalau bisa jangan hanya desa binaan tetapi, kuliah kerja lapangan, pengabdian itu ditempatkan di Jeneponto, karena kejadiran UMI masih sangat dibutuhkan oleh Jeneponto,” sambunya. (*)