Rektor UMI: Moderasi Beragama Bukan Sekedar Konsep Teologis tapi Paradigma Sosial

Author Website UMI

/

Makassar, umi.ac.id Kegiatan moderasi beragam roads to campus memiliki makna yang sangat penting di dunia pendidikan tinggi khususnya Universitas Muslim Indonesia (UMI) sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. Moderasi beragama bukan sekadar konsep teologis, tetapi merupakan paradigma sosial yang mesti terus didorong di berbagai tempar, termasuk kampus.

Hal tersebut adalah penegasan yang diungkapkan oleh Rektor UMI Prof. Dr. H Hambali Thalib, SH, MH, saat membawakan sambutan di acara Moderasi Beragama Roads to Campus yang merupakan implementasi kerjasama UMI dan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar (BLAM).

Kegiatan yang dihadiri oleh pejabat penting Yayasan Wakaf UMI, Rektor dan Wakil Rektor, Dekan dan Lembaga, serta mahasiswa ini berlangsung di Auditorium Al Jibra UMI, Jalan Urip Sumohardjo, Makassar, Selasa (28/10/2025).

“Moderasi beragama bukan sekadar konsep teologis, tetapi merupakan paradigma sosial yang menuntun kita membangun kehidupan kebangsaan yang harmonis dalam bingkai ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah islamiyah,” ungkapnya.

Sebagai perguruan tinggi Islam yang memiliki visi ‘berilmu Amaliah, beramal Ilmiah, berakhlakul Karimah dan berdaya saing international, ditegaskan Prof Hambali Thalib, UMI memandang bahwa isu ini adalah bagian dari tanggung jawab moral dan akademik. Kegiatan adalah upaya menanamkan nilai toleransi, saling menghargai perbedaan, serta menghindarkan generasi muda dari sikap ekstrem, intoleran, dan keker asan berbasis agama.

“Inilah bentuk sinergi yang kita harapkan mampu memperkuat peran perguruan tinggi dalam membangun bangsa yang berkarakter, beradab, dan berkeimanan kuat. Semoga kegiatan ini menjadi momentum untuk memperkokoh semangat kebangsaan, memperluas wawasan keagamaan yang inklusif, dan memperteguh komitmen kita terhadap nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala BLAM Dr. Saprillah, M.Si, moderasi beragama erupakan hal yang penting baik dalam internal umat beragama maupun antar umat beragama. Dalam konteks etika Kewargnegaraan dimaksudkan agar masyarakat memahami hak dan kewajiban, khususnya dalam menjalankan agama masing-masing.

“Dalam konteks Indonesia kita percaya dan sangat yakin agama ini bisa menjadi postulat yang sangat penting karena sejak awal negara kita dibentuk dengan mendesain secara baik antara agama, politik, dan kebudayaan. Kita tidak pernah mendikotomikan atau memisahkan 3 cluster yang hidup di tengah-tengah kita ini,” bebernya.

Lebih jauh, Saprillah, menerangkan, masyarakat membutuhkan satu postulat namanya moderasi beragama, khususnya pada program road to campus yang merupakan metode untuk menyapa generasi yang disebut Gen Z.

“Generasi ini unik karena mereka muncul atau lahir di mana dunia sedang mengalami perubahan yang sangat drastis yaitu revolusi media digital dimana pengetahuan berlangsung dengan cepat, disrupsi terjadi di mana-mana dan perubahan juga terasa cepat,” imbuhnya.

Kegiatan yang bertujuan untuk membangun sikap moderasi generasi muda ini menghadirkan Prof. Dr. Hj. Nur Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kes., Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar, selaku pembicara dan dipandu oleh Wakil Rekr tor V UMI Dr. KH. M Ishaq Shamad, MA. (*)

SHARE ON