Jeneponto, umi.ac.id – Universitas Muslim Indonesia (UMI) bersama Pemerintah Kabupaten Jeneponto menandatangani nota kesepahaman sekaligus meresmikan Kelurahan Bontotanga, Kecamatan Tamalatea sebagai Mitra Binaan Yayasan Wakaf UMI, di Kantor Bupati Jeneponto, Jalan Lanto Dg Pasewang, Empoang, Kecamatan Binamu, Senin (18/8/2025).
Penandatanganan MoU Peresmian Kelurahan Binaan antara Rektor UMI, Prof. Hambali Thalib dan Bupati Jeneponto H. Paris Yasir, menandai dimulainya program pemberdayaan masyarakat dan beasiswa pendidikan bagi generasi muda di daerah berjuluk Butta Turatea tersebut.
Penandatanganan ini didampingi oleh Wakil Bupati Jeneponto, Islam Iskandar, Sekda Jeneponto Muh Arifin Nur, Camat Tamalatea dan Lurah Bontotangnga serta Petinggi UMI, Ketua Pembina YW UMI, Prof. Mansyur Ramly, Ketua Pengurus YW UMI, Prof. Masrurah Mokhtar, Wakil Rektor V Bidang Kerjasama dan Promosi Prof. Muh.Hattah Fattah dan ketua LPkM, Dr. Abd.Rauf Assagaf.

UMI memilih Kelurahan Bontotangnga, Kecamatan Tamalatea, sebagai salah satu kelurahan binaan dari total 36 desa dan kelurahan binaan UMI di Sulawesi Selatan. Sebagai mitra binaan, UMI menjadikan Kelurahan Bontotangnga sebagai laboratorium masa depan. Peresmian ini merupakan bagian dari komitmen UMI dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek pengabdian kepada masyarakat.
Rektor UMI, Prof. Dr. H. Hambali Thalib, SH., MH., menegaskan bahwa peresmian Kelurahan Bontotanga bukan sekadar seremoni, tetapi langkah strategis menjadikan kelurahan ini laboratorium masa depan. Di sinilah UMI akan menguji dan menerapkan inovasi teknologi tepat guna, memberdayakan ekonomi masyarakat, memperkuat ketahanan pangan dan energi, membina generasi muda berkarakter, dan menanamkan nilai-nilai agama secara utuh..

Kami memahami bahwa Jeneponto memiliki cadangan kekuatan masa depan: angin yang tak pernah berhenti berhembus, matahari yang bersinar sepanjang tahun, laut yang kaya dengan ikan dan rumput laut, lahan kering yang tangguh untuk jagung, sorgum, dan peternakan, serta budaya lokal yang kuat dan mengakar,” bebernya.
Jika seluruh potensi ini diolah dengan ilmu, iman, dan inovasi, maka, kata Prof Hambali Thalib, akan lahir kesejahteraan berkelanjutan bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
“Visi Pemerintah Kabupaten Jeneponto: “Bahagia 2029” Berkelanjutan, Tangguh, Berdaya Saing, Religius, Inklusif, dan Melaju. Visi ini memiliki irama yang sama dengan misi UMI, membangun peradaban melalui integrasi keilmuan, keislaman, dan kemanusiaan,” tuturnya..
Lanjut dikatakan, Kelurahan mitra binaan UMI ini akan menjadi etalase nyata kolaborasi kampus, pemerintah, dan masyarakat dalam mewujudkan visi tersebut, bukan hanya dalam wacana, tetapi dalam kenyataan sehari-hari yang bisa dirasakan warga.

“Di sini UMI akan menguji dan menerapkan inovasi teknologi tepat guna, memperkuat ketahanan pangan, memberdayakan ekonomi masyarakat, membina generasi muda, serta menanamkan nilai-nilai agama secara utuh sesuai visi UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah,” Ujar Prof. Hambali
“Kita berharap MoU ini menjadi dasar untuk ditindaklanjuti langkah-langkah berikutnya, baik yang terkait dengan pengembangan sumber saya desa, administrasi desa, kemudian pengembangan dalam aspek lain yang terkait dengan kebutuhan desa,” sambunya Prof Hambali
Bupati Jeneponto, H. Paris Yasir mengapresiasi langkah UMI menjadikan Kelurahan Bontotangnga sebagai mitra binaan. Ia juga berharap agar Yayasan Wakaf UMI dapat membuat satu percontohan peternakan kuda, yang merupakan ikon Kabupaten Jeneponto. Konsumsi daging kuda di Jeneponto cukup populer dan punya nilai budaya tersendiri.
“Insyaallah ke depan badan wakaf UMI akan membuat satu satu percontohan peternakan kuda yang akan menjadi icon di kabupaten Jeneponto. Dan semoga kunjungan ini dapat terealisasi dan hasilnya dapat kita nikmati bersama-sama,” ungkap Paris.
Lanjut dikatakan, Program kelurahan Mitra binaan UMI diharapkan tidak hanya fokus pada pemberian beasiswa, tetapi juga mencakup kegiatan pelatihan kewirausahaan, peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, hingga pengembangan potensi lokal.
“Jeneponto masih sangat membutuhkan sentuhan akademisi, karena daerah ini tergolong wilayah yang sedang berkembang. Kehadiran UMI menjadi energi penting bagi perubahan,” ungkapnya.
Ia berharap kolaborasi dengan UMI tidak berhenti pada desa binaan semata, tetapi juga diperluas melalui kegiatan pengabdian, seperti Kuliah Kerja Lapangan (KKL), penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI, Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, SE., MS., Ph.D., menekankan bahwa program ini adalah amanah mulia.
“Desa Binaan dan kelurahan Mitra binaan UMI adalah laboratorium sosial tempat mahasiswa, dosen, dan masyarakat belajar bersama. Dari sinilah lahir inovasi, keterampilan, dan nilai keislaman yang memperkuat kemandirian,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI, Prof. Dr. Hj. Masrurah Mokhtar, MA., yang menegaskan bahwa setiap desa dan kelurahan binaan UMI merupakan wujud implementasi visi membangun peradaban berbasis ilmu, iman, dan amal.
“Program ini bukan sekadar kerjasama administratif, tetapi ikhtiar besar menghadirkan UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah yang benar-benar hadir untuk masyarakat,” ungkapnya.
Dengan penambahan Kelurahan Bontotanga, kini UMI memiliki 35 desa dan 1 kelurahan mitra binaan yang menjadi etalase sinergi antara kampus, pemerintah, dan masyarakat.(*)