Makassar. umi.ac.id — Universitas Muslim Indonesia (UMI) kembali menegaskan komitmennya dalam membangun budaya kelembagaan yang humanis dan penuh penghargaan.
Hal ini tercermin dalam rangkaian kegiatan Dzikir, Doa, dan Silaturahmi edisi Agustus 2025, yang secara khusus dirangkaikan dengan pemberian penghargaan kepada dosen dan tenaga kependidikan yang telah memasuki masa purnabakti hingga bulan Agustus tahun ini.
Kegiatan yang digelar di Masjid Umar bin Khattab, Kampus II UMI, Jl. Urip Sumoharjo, pada Jumat (8/8/2025), menjadi momen penuh haru dan makna.
Sebanyak 21 orang, terdiri dari dosen dan tenaga administrasi, menerima penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan pengabdian puluhan tahun mereka kepada institusi UMI.

Rektor UMI, Prof. Dr. H. Hambali Thalib, SH., MH., dalam sambutannya menegaskan bahwa pemberian penghargaan kepada para purnabakti bukan sekadar formalitas administratif atau nilai bantuan yang diberikan, melainkan merupakan simbol nyata dari keberlanjutan silaturahmi serta bentuk pengakuan institusi atas jejak panjang pengabdian yang telah ditorehkan oleh mereka dalam membesarkan UMI.
“Penghargaan ini bukan soal nilai bantuan yang diberikan, tetapi merupakan simbol dari keberlanjutan ikatan silaturahmi dan bentuk penghormatan institusi terhadap dedikasi para purnabakti yang telah berkontribusi membangun UMI. Meski masa kerja mereka telah usai, ikatan kekeluargaan di UMI tetap terjaga,” ujar Prof. Hambali.
Prof Hambali juga mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka yang menerima penghargaan telah mengabdi antara 30 hingga 40 tahun. Usia pensiun dosen yang mencapai 65 tahun membuat durasi pengabdian semakin panjang dan bermakna.

“ Bagi tenaga pendidikan, masa pengabdian rata-rata 25 sampai 30 tahun. Ini dedikasi luar biasa yang sangat layak diapresiasi,” tambahnya.
Suasana haru menyelimuti ruang acara. Para purnabakti yang hadir tampak terharu menerima penghargaan di hadapan keluarga besar UMI.
Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI, Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, SE., M.Si., menilai bahwa penyelenggaraan penghargaan kepada purnabakti UMI dalam momentum dzikir bulanan adalah langkah strategis yang tidak hanya memperkuat dimensi spiritualitas, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kekeluargaan dalam lingkungan kampus.
“Acara ini adalah wujud nyata dari rasa terima kasih institusi kepada mereka yang telah mengabdi. UMI. menghargai siapa pun yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk kemajuan kampus ini,, meski mereka kini sudah tidak aktif lagi,” ujarnya.

Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMI itu juga menegaskan bahwa penghargaan kepada pegawai purnabakti tidak semata bersifat administratif, melainkan juga disertai dengan pengarahan dan penyampaian pesan moral dari pimpinan universitas. Hal ini dimaksudkan agar proses transisi menuju masa purnabakti tetap meninggalkan kesan yang positif, bermakna, dan penuh penghargaan.
“Penghargaan ini tidak hanya bersifat administratif. Kami juga menyampaikan arahan dan pesan moral, agar masa transisi ke purnabakti tetap bermakna dan bermartabat,” ungkap Prof. Mansyur
Hal yang sama, Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI, Prof. Dr. Hj. Masrurah Mokhtar, MA., menekankan pentingnya membangun tradisi penghargaan yang berkelanjutan dan bersifat progresif di lingkungan UMI.
Prof Masrurah mengusulkan agar penghargaan ini diberikan secara terbuka kepada setiap individu yang memasuki masa purnabakti, mulai dari periode ini dan seterusnya.
“Kita ingin menumbuhkan rasa bangga di kalangan pegawai aktif. Melalui tradisi ini, kita sampaikan bahwa setiap pengabdian akan dikenang dan dihormati secara nyata,” ujarnya.

Profesor Fakultas Sastra, Ilmu Komunikasi dan Pendidikan UMI.ini juga mendorong agar ke depan, penyampaian testimoni dari para purnabakti menjadi bagian dari refleksi bersama bagi sivitas akademika, untuk memperkuat kesadaran kolektif atas nilai pengabdian.
Lanjut dikatakan, dengan langkah ini, UMI. tidak hanya menunjukkan dirinya sebagai institusi pendidikan yang unggul secara akademik, tetapi juga sebagai lembaga yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual, humanis, dan kekeluargaan, urainya.