Makassar, umi.ac.id – Produktivitas Universitas Muslim Indonesia (UMI) dalam mendorong dosen untuk mencapai jabatan akademik tertinggi (Profesor) sudah diakui banyak pihak. Hasilnya, UMI sampai saat ini diakui sebagai perguruan tinggi Swasta dengan jumlah profesor terbanyak di Indonesia.
Hal tersebut ditegaskan oleh Kepala Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Dr. Andi Lukman, M.Si, saat memberikan sambutan pada acara pengukuhan Profesor di auditorium Al Jibra UMI, Jalan Urip Sumohardjo, Makassar, Selasa (23/12/2025).
Dalamkesempatan ini, UMI mengukuhkan tiga profesor antara lain Prof Dr Ir St Sabahannur, MP, guru besar bidang Ilmu Teknologi Hasil Perkebunan pada Fakultas Pertanian dan Bioremediasi Lahan Tambang (FP Biotam)
Kemudian, Prof Dr Ir Nurliani, M.Si, guru besar dalam bidang Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan pada Fakultas Pertanian dan Bioremediasi Lahan Tambang (FP Biotam) dan Prof Dr Muh Darwis Lannai, SE., M.Si., Ak., CA, guru besar Bidang Akuntansi Pajak dan Audit pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
UMI sendiri akan mengukuhkan enam profesor jelang akhir Desember 2025. Selain ketiga profesor yang dikukuhkan hari ini, UMI juga akan mengukuhkan tiga profesor lagi pada Rabu 24 Desember 2025.
“Universitas Muslim Indonesia (UMI) adalah PTS dengan jumlah profesor terbanyak di Indonesia. Saat ini betul ada 114 profesor. Kami juga baru saja memberikan penghargaan kepada UMI, salah satunya terkait jumlah profesor terbanyak,” jelas Dr. Andi Lukman.
Sementara itu, Ketua Dewan Profesor UMI Prof. Dr. H Mansyur Ramly, menjelaskan, UMI sebagai perguruan tinggi berbasis Islam memiliki tanggung jawab moral. Salah satunya memastikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari nilai-nilai keislaman.
“Kemajuan teknologi harus diarahkan untuk kemaslahatan dan kemakmuran umat manusia, bukan sekadar untuk pencapaian teknologi itu sendiri. Ingat, seorang profesor sebagai sivitas akademika UMI harus menghindari sikap kesombongan,” terangnya.
Rektor UMI, Prof Hambali Thalib menilai ketiga penelitian ini mampu membawa dampak besar ke depannya. Menurutnya, jika dicermati ke tiga guru besar yang dikukuhkan hari ini berasal dari bidang yang berbeda namun justru di situlah letak keindahannya.
Profesor Siti Sabahannur berbicara tentang tanah, berbicara tentang kakao dan teknologi hasil perkebunan. Selanjutnya Penelitian Prof. Nurliani dianggap membawa manfaat di bidang pertanian dan lingkungan. Ia menyebut kelimuwan lebih pada semangat agrikultur sosial.
“Prof Darwin mengajak pembaca masuk ke ranah yang sering dianggap kering dan tidak kreatif. Berbicara tentang pajak namun hari ini pajak dibicarakan dengan perspektif yang lebih dalam, pajak bukan sekedar angka bukan hanya kewajiban administratif pajak adalah amanah sosial,” bebernya. (*)
