UMI-NUS Gelar Seminar Internasional dan Kerjasama Riset Dihadiri Langsung Wapres ke 6 dan 10 RI, Jusuf Kalla

Author Website UMI

/

Makassar, umi.ac.id – Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan National University of Singapore (NUS) terus memperkuat kerja sama riset dan budaya maritim melalui rangkaian kegiatan ilmiah lintas negara.

Hal ini menjadi salah satu agenda utama dalam pertemuan strategis di JK Centre UMI, yang tidak hanya merefleksikan capaian sebelumnya, tetapi juga memproyeksikan arah kolaborasi ke depan antara kedua institusi. (18/7)

Pertemuan tersebut menjadi kelanjutan dari seminar internasional yang telah sukses digelar pada Rabu, 7 Mei 2025, di NUS Libraries, Kent Ridge Crescent, Singapura. Kegiatan tersebut merupakan inisiatif kolaboratif antara Perpustakaan NUS, Departemen Kajian Asia Tenggara NUS, dan Universitas Muslim Indonesia (UMI). Seminar ini mengangkat tema “The Maritime Heritage of Singapore and Sulawesi”, dan dihadiri langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, Dr. (H.C.) H. M. Jusuf Kalla, yang juga Ketua Dewan Penyantun UMI, sebagai tamu kehormatan bersama para peneliti dan pembicara terkemuka dari NUS dan UMI.

Seminar ini menyoroti warisan maritim dan sejarah keterhubungan budaya antara Sulawesi dan Singapura melalui naskah langka Daeng Paduppa , sebuah manuskrip yang merekam perjalanan hidup seorang pedagang Bugis, sekaligus memperlihatkan jejaring perdagangan, hukum maritim, dan pengetahuan pelaut (ilmu pasompe) yang diwariskan secara turun-temurun.

Seminar yang dinamakan ‘The Maritime Heritage of Singapore and Sulawesi berlangsung dua sesi. Pada sesi pertama menghadirkan tiga pembicara yakni Navigating the Archipelago: A History of Maritime Southeast Asia, Dr. Mohamed Effendy (NUS), Dr. HM, Ishaq Samad, (UMI) dengan topik ‘The Daeng Paduppa Text: Insights into a Bugis Trader’s World’, serta Prof Dr. Ir. Muh Hattah Fattah (UMI), dengan judul ‘The Amana Gappa Code: Cultural Logic and Maritime Law’.

Sementara itu untuk sesi ke dua menghadirkan 4 narasumber antara lain Dr. Donna Brunero dari NUS (Observing the Bugis: Colonial knowledge gathering in Maritime Asia), Ms. Nur Diyana dari NUS (Decolonising Maritime Knowledge: Text, Context, and Challenges), Dr. Sitti Rahbiah dari UMI (Preserving the Ilmu Pasompe: Knowledge of the Seafarer), dan Maritime Memories: Singapore and Sulawesi’s Shared Heritage oleh Dr. Nurjannah Abna (UMI).

Acara dibuka secara istimewa dengan pertunjukan budaya oleh kelompok Amanca Tumasek, yang merepresentasikan keterikatan emosional dan historis masyarakat Bugis-Makassar dengan Singapura.

JK menyinggung soal empat karakter utama dalam masyarakat Bugis, yaitu macca (cerdas), warani (berani), magetteng (teguh), dan malempu’ (lurus dan jujur). Karakter-karakter ini dianggap sebagai ethos kepemimpinan yang penting dalam budaya Bugis-Makassar.

“Empat karakter itu membuat kaya. Bukan karena uang, tapi kaya akan ide, inovasi,” papar JK

Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla atau JK, mengungkapkan keberadaan masyarakat Bugis Makassar memiliki peranan penting dalam sejarah terbentuknya negara Singapura.

JK meyakini, masyarakat Bugis Makassar merupakan penduduk yang menginjakkan kaki di daratan Singapura. Jauh sebelum penjelajah Eropa menemukan Singapura, pelaut Bugis sudah mendarat ke pulau ini.

“Masyarakat yang pertama menginjakkan kaki di daratan Singapura adalah orang Bugis sebelum berubah menjadi Singapura Modern,” kata JK

Lebih jauh, JK menyampaikan harapannya agar kolaborasi antara UMI dan NUS dapat ditingkatkan dalam bentuk riset ilmiah yang mendalam terkait sejarah dan kontribusi masyarakat Bugis-Makassar di Asia Tenggara, khususnya Singapura.


Sementara itu, Rektor UMI Prof. Dr. H Hambali Thalib, SH, MH, menerangkan, kegiatan ini juga bagian keikutsertaan UMI pada peringatan 60 tahun Kemerdekaan Singapura dan perayaan 200 tahun persahabatan Orang Bugis-Makassar dengan Masyarakat Singapura pada tahun 2025.

“Tema ini mengajak kita menyadari bahwa laut bukanlah pemisah, melainkan penghubung. Sejarah telah mencatat bagaimana pelaut Bugis dan Makassar menjalin relasi dagang hingga ke Semenanjung Malaya dan sekitarnya. Dari sini, kita belajar bahwa kolaborasi lintas wilayah dan bangsa adalah warisan, bukan hanya tuntutan zaman,” tuturnya.

Sebagai tindak lanjut, pertemuan di JK Centre bulan Juli ini turut membahas agenda bersama antara UMI dan NUS untuk tahun 2026.

Wapres RI ke 10 dan 12 dalam kesempatan tersebut menegaskan pentingnya penguatan kolaborasi ilmiah dan pelestarian warisan sejarah maritim masyarakat Bugis-Makassar sebagai bagian dari kontribusi intelektual Indonesia di kawasan Asia Tenggara.

“Kita perlu mendukung kerja sama riset lintas negara yang bukan hanya berbasis ilmu, tapi juga nilai budaya dan sejarah. Komunitas Bugis-Makassar memiliki akar kuat di Singapura dan kawasan maritim lainnya. Ini adalah kekayaan yang harus kita dokumentasikan dan wariskan,” ujar JK.

(HUMAS)

SHARE ON