WOCIHA 2025 Hadirkan H. M. Jusuf Kalla, Dirangkaikan dengan Launching Buku Kolaborasi UM–UMI

Author Website UMI

/

Malaysia, umi.ac.id – Konferensi internasional The 3rd World Conference on Islamic History and Civilization (WOCIHA) 2025 kembali digelar dengan mengangkat tema besar “Religion, Peace, and Stability for the Future ASEAN Community.”

Acara prestisius ini berlangsung di Auditorium Mohd Asri Muda, Academy of Islamic Studies, Universiti Malaya (UM), Malaysia (21/10) dan dihadiri oleh tokoh penting dunia Islam, akademisi lintas negara, serta perwakilan lembaga pendidikan tinggi kawasan ASEAN.

WOCIHA 2025 juga dirangkaikan dengan Islamic Studies Public Lecture 8.0 serta peluncuran buku kolaborasi ilmiah antara Universiti Malaya (UM) dan Universitas Muslim Indonesia (UMI) berjudul “Bugis Islam in the Malay World.”

Buku ini hasil ditulis bersama oleh Prof. Dr. Mohd Roslan bin Mohd Nor (UM) dan Prof. Dr. Ir. H. Muh Mattah Fattah (UMI), dan diluncurkan secara simbolis oleh H. M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12.

Jusuf Kalla Tekankan Pentingnya Kemandirian Ekonomi Umat dalam Membangun Peradaban Islam

H. M. Jusuf Kalla dalam orasinya, menegaskan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara memiliki karakter damai dan adaptif.

“Islam di kawasan ini tumbuh melalui dakwah dan perdagangan, bukan peperangan. Itulah mengapa Islam di Nusantara bersifat moderat, inklusif, dan berakar kuat pada budaya lokal,” jelasnya.

Beliau menambahkan bahwa sekitar 46% penduduk ASEAN beragama Islam, menjadikan Islam sebagai kekuatan mayoritas di kawasan ini. Namun, menurutnya, tantangan besar umat Islam hari ini justru terletak pada aspek ekonomi dan penguasaan teknologi.

“Meskipun mayoritas di Indonesia dan Malaysia beragama Islam, dari sepuluh orang terkaya di Indonesia hanya satu yang Muslim. Ini menunjukkan bahwa peradaban Islam tidak akan maju tanpa kemandirian ekonomi,” tegasnya.

Menurut Jusuf Kalla, kemajuan ekonomi umat adalah pilar penting dalam membangun martabat dan peradaban Islam yang berdaya saing di era global.

Rektor UMI: Merancang Masa Depan dengan Cahaya Sejarah

Rektor UMI, Prof. Dr. H. Hambali Thalib, S.H., M.H., dalam sambutannya menyampaikan pandangan filosofis tentang pentingnya menjadikan sejarah Islam sebagai panduan menghadapi perubahan global.

“Konferensi ini bukan sekadar membahas sejarah Islam, tetapi memikirkan masa depan peradaban Islam di tengah perubahan dunia yang cepat di era digital, kecerdasan buatan, dan transformasi nilai,” ujarnya.

Prof. Hambali juga menegaskan bahwa kolaborasi UM–UMI merupakan bentuk ukhuwah ilmiah yang akan terus memperkuat jejaring keilmuan dunia Melayu-Islam.

Profesor Fakultas Hukum UMI itu juga dalam sambutanya menyampaikan apresiasi mendalam atas kehadiran H. M. Jusuf Kalla sebagai pembicara utama dan tokoh perdamaian dunia.

“Sebagai Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI periode 1992–1996, Bapak H. M. Jusuf Kalla telah menanamkan fondasi kepemimpinan yang berorientasi kerja nyata, efisiensi, dan keberkahan. Kini, peran beliau dalam diplomasi damai di Poso, Aceh, Mindanao, Afganistan, hingga Palestina menjadi teladan bagi generasi baru pemimpin Islam,” tuturnya.

Prof Hambali dalam sambutannya menegaskan “Kalau dunia butuh penengah yang adil, maka Indonesia sudah punya orangnya, dan beliau duduk di hadapan kita hari ini, Bapak H.M Jusuf Kalla, ujarnya.

Kolaborasi Ilmiah UM–UMI: Dari Warisan Bugis ke Tamadun Melayu-Islam

Peluncuran buku Bugis Islam in the Malay World menjadi simbol nyata sinergi akademik antara Universiti Malaya dan Universitas Muslim Indonesia, yang meneliti jejak sejarah, interaksi budaya, dan peranan masyarakat Bugis dalam membentuk identitas Islam di dunia Melayu.

Karya kolaboratif tersebut diharapkan menjadi rujukan ilmiah baru dalam kajian tamadun Islam di Asia Tenggara, memperkaya perspektif sejarah dan mempererat hubungan antarbangsa serumpun.

Prof. Hambali menegaskan komitmen UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah untuk terus berperan aktif dalam pengembangan ilmu berbasis nilai-nilai Islam.

“Sebagai universitas Islam tertua di Indonesia Timur, UMI berkomitmen melanjutkan semangat peradaban Islam yang berilmu, beradab, dan berkemajuan. Kami kini sedang membangun Halal Center of Excellence untuk mengintegrasikan riset teknologi, industri halal, dan nilai Islam, agar dari Makassar, cahaya ilmu turut menerangi dunia,” ujarnya.

Naib Canselor Universiti Malaya: Kolaborasi Ilmiah UM–UMI Wujudkan Jambatan Keilmuan Dunia Melayu

Timbalan Naib Canselor (Penyelidikan & Inovasi) UM, Prof. Ir. Dr. Kaharudin Dimyati, dalam sambutannya menegaskan relevansi tema WOCIHA 2025 dengan konteks sosial-politik Asia Tenggara masa kini.

“Tema tentang agama, keamanan, dan stabilitas masa depan komunitas ASEAN bukan hanya penting, tetapi juga kritikal bagi era modern ini. ASEAN adalah kawasan yang kaya akan keberagaman budaya dan keyakinan, namun menghadapi tantangan fragmentasi sosial dan ketegangan geopolitik,” ujarnya.

Prof Kaharuddin menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kehadiran Rektor UMI bersama Pimpinan Yayasan Wakaf UMI. Hal ini menekankan pentingnya kolaborasi ilmiah antara lembaga pendidikan tinggi di dunia Melayu sebagai upaya memperkuat jaringan keilmuan Islam kontemporer.

“Universiti Malaya berasa amat berbesar hati menerima delegasi Universitas Muslim Indonesia dalam forum internasional ini. Kerjasama ilmiah antara UM dan UMI bukan sekadar simbol hubungan akademik, tetapi manifestasi kesepakatan dua institusi besar untuk memperkukuh tamadun Islam melalui ilmu, sejarah, dan nilai,” ujarnya

Prof. Kaharuddin juga berterima kasih dan sangat mengapresiasi kehadiran H. M. Jusuf Kalla sebagai tokoh perdamaian dunia dan simbol pemimpin Muslim yang moderat serta berorientasi solusi.

“Sosok beliau menjadi inspirasi bagaimana nilai Islam dapat diterjemahkan dalam diplomasi dan kepemimpinan yang adil,” tuturnya.

(HUMAS)

SHARE ON