Makassar, umi.ac.id – Karya matching fund UMI oleh Prof. Dr Ir H M. Hatta Fattah, tampil sebagai salah satu pembicara ( Indonesia) dalam Konferensi Internasional pada tanggal 7 November 2022 dengan tema Renewable Economis to Mitigate Climate Change for Sustainability.
Konferensi internasional yang dilaksanakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMI ini salam rangka menyambut milad ke 60 menghadirkan pembicara dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Australia, Nigeria, dan Swiss sab dibuka oleh Rektor Universitas Muslim Indonesia diwakili Wakil Rektor IV UMI Dr HM Ishaq Shamad MA
Dalam pelaksanaan konferensi ini Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Prof. Dr. Muliaman D. Haddad bertindak selaku Pembicara Utama. Prof.Muliaman menyampaikan berberapa hal termasuk peluang kerjasama UMI dengan berbagai universitas dan lembaga di Swiss.
“Renewable Economis menjadi pihan utama dalam kebijakan pembangunan global pada masa mendatang. Efek ganda dari green spending termasuk energi bersih, keanekaragaman hayati mencapai 2 hingga 7 kali lebih besar daripada belanja no-green spending. Kebijakan pembangunan yang berbasis pada green economics akan menjadi pilihan utama pada masa depan”.
Pembicara dari Indonesia diwakili oleh Prof. Muhammad Hattah Fattah selaku Koordinator Matching Fund UMI menampilkan paper berjudul Bio-Recycling and Re-Newable Energy were New Approach to Support Economic Growth and Mitigation of Climate Change Phenomena.
Karya tulis Prof. Hattah diangkat dari praktek terbaik hasil pelaksanaan Matching Fund yang dilaksanakan di Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang selama dua tahun terakhir. Matching Fund yang berlokasi di Kecamatan Lanrisang tersebut mengambil topik Scaleup Teaching Factory Tambak Milineal Berteknologi Cerdas, Industri Hijau Terpadu, dan Pelembagaan Ekonomi Digital Terintegrasi Ekosistem Industri Udang Windu.
Program Matching Fund bertujuan meningkatkan kinerja Teaching Factory (TEFA) yang diinisiasi melalui Matching Fund pada tahun 2021 melalui penyediaan infrastruktur dan metode pembelajaran repsentatif dan membangun ekosistem Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) untuk mempercepat masa tunggu lulusan UMI memasuki dunia kerja serta pengembangan teknologi maju dan digitalisasi terintegrasi dengan eksosistem industri udang nasional, urainya.

Wakil Rektor V UMI ini juga menyampaikan sejumlah pencapaian Matching Fund UMI dalam mengatasi permasalahan Renewable Economics dan Mitigasi Perubahan Iklim melalui pengembangan industri hijau dan otomasi penggunaan sarana pendukung pengoperasian Kawasan PANDAWA-1.000.
Sarana pendukung pompa dan sistem aerasi menggunakan energi surya untuk mencegah peningkatan pelepasan gas karbondioksida (CO2) yang mempengaruhi fenomena pemanasan global dan perubahan iklim. Pengelolaan sampah organik secara umum masih mengandalkan penanganan dengan Underground System pada Tempat Pembuang Akhir (TPA) sampah.
Sistem ini tidak efektif karena menjadikan TPA disejumlah negara mengalami over capacity dan tejadi peningkatan pelepasan gas metan (CH4) dan gas karbondioksida.. Gas metan dan karbodioksida keduanya disebut dengan gas rumah kaca karena meningkatkan suhu udara dipermukaan bumi yang menyebabkan terjadinya anomali iklim. Efek gas metan oleh beberapa pakar dipandang minimal 20 kali lebih berbahaya dari gas karbodioksida, ungkapnya.
Penanganan sampah organik melalui TPA oleh Prof. Hattah direkomensadikan sebagai solusi terakhir setelah mendahulukan Teknologi Bio-Recycling. Teknologi Bio-Recycling telah dikembangkan pada Program Matching Fund UMI di Kabupaten Pinrang melalui Scale-up Instalasi Maggot dan Instalasi Probiolizer.
Kedua instalasi yang dikembangkan Matching UMI berhasil mengurangi sampai sampah hingga 70 persen atau sebanyak 1,8 ton per bulan. Saat ini sedang dilakukan perluas areal Instalasi Maggot dan Probiolizer serta pengembangan Aplikasi Si Maggot.
Aplikasi Si Maggot dikembangkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pengangkutan sampah ke Instalasi Maggot secara on-line dengan imbalan Rp. 1.000 per kilometer dari asal sampah menuju istalasi pengolahan, sebut Guru Besar FPIK UMI tersebut.
Instalasi Maggot dan Probiolizer menghasilkan larva maggot dan Phronima yang dijadikan sumber utama pembuatan pakan udang dan ikan yang menghasilkan nilai tambah terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Instalasi Maggot dan Instalasi Phronima bermuara pada dukungan terhadap pencapaian target produksi udang windu di Kawasan PANDAWA-1.000.
Kawasan PANDAWA-1.000 adalah kawasan khusus yang dirancang untuk meningkatkan produksi udang windu pada areal seluas 1.011,15 ha dengan target produksi sekitar 303,345 ton udang windu kualitas premium per Musim Tebar atau senilai sekitar 30,33 milyar IDR, harapnya.
Hal tersebut akan mendorong peningkatan taraf ekonomi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional, tutup Prof. Hattah pada konferensi internasional yang dihadiri oleh para pakar dan kalangan dalam dan luar negeri.
(HUMAS)