Makassar, umi.ac.id – Raulullah SAW dikenal sebagai tokoh transformasi sosial yang paling berpengaruh di dunia. Dakwahnya mampu merubah sistem sosial di berbagai macam sektor. Dari yang sebelumnya menindas menjadi tak menindas, dari tidak setara menjadi setara, dari tidak adil menjadi adil.
Transformasi sosial Rasulullah ini kemudian banyak meingispirasi orang dan banyak situasi. Salah satunya dalam memilih pemimpin agar menjadi sosok yang memiliki sifat dan gagasan transformasi sosial.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat Prof. Dr. Arif Satria, SP.,M.Si saat menjadi khatib Shalat Jumat di Masjid Umar bin Khattab Kampus 2 UMI, Makassar Jum’at (03/11/2023).
Dalam khutbahnya, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menggambarkan 4 sifat utama Nabi yang patut dicontoh dalam memilih dan dipilih sebagai seorang pemimpin. Terlebih saat ini, Indonesia akan memilih Presiden pada 2024 mendatang.
“ Empat sifat itu adalah Shiddiq, amanah, fathonah dan tabligh adalah sifat yang dimiliki Rasulullah Nabi Muhammad SAW,” jelas mantan Dekan Ekologi Manusia IPB periode 2010-2017 itu.

Shiqdiq, kata Prof Arif Satria, memiliki makna benar atau selalu berkata jujur. Itu merupakan basis integritas. Dalam sebuah penelitian menyebutkan dari 100 kunci dan faktor sukses, IQ itu menempati urutan ke 23, lulusan terbaik itu hanya menempati urutan 30, nomor satu adalah kejujuan.
“Itu yang yang merupakan sifat dari Rasulullah dan basis integritas. Rasulullah sangat mengedepankan sifat shiddiq yang artinya memiliki integritas tinggi,” bebernya
Prof Arif Satria melanjutkan, Ke dua adalah fatonah atau cerdas. Fatonah itu adalah kecerdasan. Sifat cerdas ini tidak akan bisa diraih tanpa semangat belajar yang tinggi. “Dalam konteks hari ini, fatonah dimaknai sebagai seorang pembelajar dan seorang yang bisa survive di tengah perubahan
“Rasulullah adalah seorang pembelajar (learner). Nah ini adalah basis kapabilitas. Tanpa sifat fatonah, Rasulullah tidak mungkin mampu mendesain masyarakat Madinah yang sedemkian rupa,” tuturnya.
Dengan demikian, disebutkannya, Ketika Integritas (Shiddiq) ditambah dengan kapabilitas (fatonah) maka akan menghasilkan Amanah yakni kredibiltas. Amanah adalah sebuah sifat yang dapat dipercaya merupakan salah satu komponen penting.
“Jika ini tercapai dimana semuannya saling percaya maka akan dapat meningkatkan ekonomi sebuah bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh social capital, dan social capital ditentukan oleh trust,” tegasnya.
Ia menjelaskan lebih jauh, ketika shiddiq ditambah fatnonah amanah akan menghasilkan tabligh. Tabligh ini menjadi media dalam mendorong transformasi sosial sesuai dengan apa yang cita-citakan.
“Nah ketika shiddiq ditambah fatonah ditambah amanah atau ketika integritas ditambah dengan kapabilitas dan ditambah dengan kredibiltas maka itulah pondasi kita dalam menjalankan tabligh (menyampaikan),” imbuhnya.
“Jadi ketika menyampaikan sesuatu kita butuh legitamasi. Ini untuk menginsipirasi, mendakwah yang ujungnya adalah transformasi. Jadi Rasulullah itu agen transformasi sosial,” tutupnya.