Studium General 2024 FAI UMI Hadirkan Profesor Universiti Malaya

Author Website UMI

/


Makassar, umi.ac.id Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muslim Indonesia menghadirkan Profesor dari Universiti Malaya Prof. Dr. Mohd Roslan Bin Mohd Nor dalam Studium General tahun 2024.

Prof Roslan sapaannya dihadirkan FAI UMI menjadi pembicara utama pada forum yang berlkangsung secara online dan offline dan dipusatkan di Aula KH Rahim Amin FAI UMI, Jalan Urip Sumohardjo, Makassar, Rabu (25/9/2024).

Akademisi dari Departement of Islamic History and Civilization, Academy of Islamic Studies, Universiti Malaya ini didaulat berbicara dengan tajuk ‘Membangun Peradaban Berwawasan Wathiyah dalam Menciptakan Generasi Ulul Albab di Era 5.0.

Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan Wakil Dekan FAI UMI, Kepala Program Studi, Dosen, hingga mahasiswa FAI UMI. Sebagian dari mereka mengikuti secara online lewat zoom meeting.

Dalam kesempatan itu, Dekan FAI UMI Dr. H Andi Bunyamin, M.Pd, mengungkapkan, bahwa Wasathiyah berasal dari istilah bahasa Arab “wasath” yang berarti pertengahan, moderat, atau seimbang.

“Dalam konteks Islam, wasathiyah mengacu pada pendekatan moderat dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama, yang menolak ekstremisme baik dalam bentuk radikalisme maupun liberalisme,” jelasnya.

Prinsip wasathiyah, dijelaskan Andi Bunyamin, yakni mengedepankan keadilan dalam segala hal. Seorang Muslim harus berusaha bersikap adil terhadap sesama manusia, maupun lingkungan. Keadilan adalah landasan penting untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat.

“Islam Wasathiyah mengajarkan sikap toleransi terhadap perbedaan pendapat dan keberagaman, baik dalam hal agama, budaya, maupun sosial. Sikap toleran ini tidak berarti mengorbankan prinsip-prinsip agama, tetapi menghormati hak orang lain untuk berbeda,” bebernya.

Sementara itu, Prof. Dr. Mohd Roslan Bin Mohd Nor, dalam pemaparannya, menggambarkan, Islam rahmatan lil Alamin sebagai basis pemersatu umat. Kekuatan konsep tersebut dapat dilihat dari sosok Nabi Muhammad yang berhasil menyatukan seluruh umat yang ada pada saat itu.

“Konsep Rahmatan lil ‘Alamin dikirim ke bumi berhasil mempersatukan orang-orang yang memiliki masalah dari berbagai latar belakang agama yang berbeda, misalnya kaum Muhajirin dan Ansor”. Tambahnya.

Sehingga kata Prof Roslan, dibutuhkan kerjasama yang kuat tidak hanya dari sesama umat Islam tetapi juga dengan umat beragama yang lainnya

“Kerjasama ini dapat menghapus ekstremisme beragama dan membangun jaringan Islam moderat (Islam wasathiyah),” terangnya. Ungkap Profesor asal Malaysia.

“Agenda yang dapat dilaksanakan yaitu menyaring organisasi Islam yang mau diajak bekerjasama. Melalui kerjasama ini tujuan-tujuan moderatisme Islam, menolak pertikaian antar muslim, dan menghapus ekstremisme beragama dapat tercapai,” sambungnya. (*)

SHARE ON