Rangkaian Milad ke-60, FEB UMI Helat Seminar Internasional Hadirkan 4 Negara Pembicara

Author Website UMI

/

Makassar, umi.ac.id – Fakultas ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muslim Indonesia (UMI) menggelar seminar internasional dalam rangkaian Milad ke 60 tahun secara online dan offline, Senin (7/11/2022).

Kegiatan yang dipusatkan di Auditorium Al Jibra Kampus II UMI, Jalan Urip Sumohardjo, Makassar, ini bertajuk ‘Renewable Economics to Mtigate Climate Change for Sustainability atau Ekonomi Terbarukan untuk Mitigasi Perubahan Iklim yang Berkelanjutan.

Dekan FEB UMI, Prof. Dr. Mursalim, SE, M.Si ASEAN CPA, mengungkapkan, seminar ini menghadirkan lima pembicara dari empat negara berebeda.

“Seminar internasional ini digelar sebagai rangkaian Milad ke 60 FEB UMI. Jadi ada lima pembicara internasional yang berasal dari lima negara. Isu Ekonomi terbarukan saat ini di era perubahan iklim penting untuk diseriusi. Apalagi di masa era digitalisasi seperti ini,” tegasnya.

Prof Callink, sapaan akrabnya, menyebutkan kelima pembicara itu adalah Prof Andrew Beer (Executive Dean of Bussines, Flinder University, Australia) dan dan Faisal Abdullah, dari Fliners University.

Kemudian ada, Prof Dr. Dileep Kumar, M (Nile University, Nigeria), Prof Dr. Ir H. Muh Hattah Fattah, MS (Universitas Muslim Indonesia, Indonesia), serta dari Malaysia, Dr. Marlia Mohd Hanafiah, University Kebangsaan Malaysia (UKM).

Prof Muh Hattah Fattah yang juga merupakan salah satu narasumber saat membawakan materinya berjudul Bio-Recycling and Re-Newable Energy were New Approach to Support Economic Growth and Mitigation of Climate Change Phenomena.

“Presentasinya diangkat dari praktek terbaik hasil pelaksanaan Matching Fund yang dilaksanakan di Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang selama dua tahun terakhir. Matching Fund yang berlokasi di Kecamatan Lanrisang tersebut mengambil topik Scaleup Teaching Factory Tambak Milineal Berteknologi Cerdas, Industri Hijau Terpadu, dan Pelembagaan Ekonomi Digital Terintegrasi Ekosistem Industri Udang Windu,” bebernya.

Hal ini dianggap oleh Prof Hattah Fattah sebagai salah satu upaya mendorong Ekonomi terbarukan dalam ancaman perubahan iklim yang ekstrem di Indonesi, dan berbagai belahan dunia.

(HUMAS)

SHARE ON

Leave a Comment