Makassar, umi.ac.id – Tim peneliti UMI Prof Dr.Ir.Hattah Fattah dan Dr.Nurmiati Mukhlish menjadi narasumber Seminar Antar Bangsa Islam dan Masyarakat Bugis Asia Tenggara di Gedung Seminar 2 Akademik Pengajian Islam Universiti Malaysia Kuala Lumpur Malaysia (03/10/2023).
Hadir Wakil Rektor Universiti Malaysia Naib Councellor UM bidang Penyilidikan dan Inovasi Prof. IR. DR. Shaliza Binti Ibrahim sekaligus membuka Seminar ini dengan resmi. Hadir pula Dekan Pengajian Islam Prof. Mohd Fauzi Hamat, Ketua Tim Peneliti UM Prof.Mohd Roslan, para narasumber, Wakil Rektor V UMI Prof.Dr.Ir.H.M.Hattah Fattah, Wakil Rektor IV UMI Dr.H.M.Ishaq Samad, MA, sejumlah tim peneliti UMI dan UM, para dosen UM, mahasiswa UM serta tokoh budaya dan intelektual Universiti Malaya (UM).
Pada pengantar Seminar Prof. Dr. Mohd Roslan menyampaikan selamat datang kepada tim peneliti UMI dan menyampaikan bahwa Istana Selangor Malaysia juga tertarik dengan penelitian terkait budaya Bugis dan Islam. Seminar bersama ini dihadiri Wakil Rektor Universiti Malaysia yang ternyata ada keturunan Bugis. Ada 4 pembentangan/narasumber 2 dari UMI Makassar dan 2 dari UM Malaysia, yang dipandu Prof Roslan. Seminar ini diikuti oleh mahasiswa S1, S2 dan S3 UM.
Hattah Fattah menyatakan pengembangan kajian dan penelitian tentang etnis Bugis terus kita kembangkan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan dikembangkan lagi.
Paling menarik terkait dengan leadership/kepemimpinan. Ini bisa difungsikan pada level manajemen. Ada persoalan di kalangan Bugis, karena sulit memperoleh pemimpin Bugis sekaliber Jusuf Kalla. Namun di IKN, basisnya orang Bugis. Lamaddukelleng yang kembangkan lokasi di IKN. Dari Johor ia ke Panajam, dan menebarkan keturunan Bugis ke Kutai Kartanegara.

Populasi Bugis di Kaltim sebanyak 60%, kemungkinan akan ada tokoh baru nantinya di IKN. Kita perlu siapkan generasi pemimpin baru dari kalangan Bugis. Selain itu, bagaimana orang Bugis melestarikan nilai-nilai Bugis, karena orang Bugis berkontribusi dalam sejarah dan peradaban di Indonesia, jelasnya.
Norma dan prinsip Bugis diterapkan sejak abad ke 15, dan mereka menjadi pemimpin. Akar budaya Bugis ada dan dari segi historis, nusantara tidak tergantikan dengan istilah yang lain.Banyak yang dapat kita gali ke depan, harapnya.
Selanjutnya Prof Roslan menyebut di Indonesia ada JK Centre. Sedangkan di Malaysia perlu konsep untuk menumbuhkan excellent centre. Ada dua kesulitan Johor dan Selangor. Peluang ini dapat dikembangkan dan memberikan impact dan dampak sosial kepada masyarakat.
Selanjutnya Kurator Badan Adat Melayu dan Warisan Negeri Selangor Puan Intan Salina Binti Idrus menjelaskan bahwa sebelum Islam datang, ada orang Bugis. Apakah bersamaan Islam dan Bugis masuk di Selangor.
Ditemukan ada 5 batu nisan di Selangor walaupun ini masih kajian masih awal. Pertemuan ini sangat penting untuk diteruskan penyelidikan selanjutnya, terutama meningkatkan jaringan kerjasama karena kajian tentang Bugis belum diujikan secara akademik di Universitas di Malaysia, sebutnya.
Prof Roslan menyatakan akan diterbitkan buku tentang Bugis, dimana isi makalahnya berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dan akan diterbitkan di Universiti Malaya Press. Selain itu, hasil penelitian kerjasama ini juga akan diterbitkan di jurnal Scopus. Judul Buku tentang “Islam and Bugis Soceity in South East Asia”, penulisnya dari mana saja, sebutnya.
Dekan Dirasah Islamiyah Prof Fauzi Hamat menyampaikan apresiasi kepada Tim UMI dalam Seminar Antara Bangsa Islam dan Masyarakat Bugis Asia Tenggara. Dikatakan Masyarakat Bugis membina di hampir pelosok di Nusantara. Dahulu Bugis berfaham aminisme namun setelah datang Islam, dengan cahaya tauhid dan pengamalan Islam.

Naqib al Atas tahun 1970an menyatakan kedatangan Islam ke Melayu membawa citra baru ke masyakat setempat. Sincerity sama dengan Ikhlas. Ada yang membina watak dalam Islam yang membina watak umat, kata Dekan yang pernah ke Sinjai. Ini perlu dikaji karena Suku Bugis bukan suku tersendiri, tatapi masuk Bangsa Melayu. Ia masuk secara khusus sebagai bangsa Melayu di Malaysia. Mereka terlibat dalam politik, termasuk PM Najib Razak, sebutnya.
Keunikan falsafah Bugis perlu dikaji lebih mendalam, menjalin penelitian Project Marching Grant next year. Kerjasama penelitian – dipimpin Prof. Roslan dilibatkan jabatan2 lain. Seminar hari ini dengan narasumber dari multi disiplin dari berbagai bidang ilmu, antropologi, sosiologi, dan ahli agama. Seminar ini sebagai langkah awal melestarikan budaya Bugis, kemudian menerbitkan jurnal berimpact tinggi dan menjadi buku rujukan generasi mendatang.
Naib Councellor UM Penyilidikan dan Inovasi Prof. IR.DR. Shaliza Binti Ibrahim menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus membuka acara seminar ini. Sessing data penyelidikan, telah berjaya dengan seminar. Program ini akan diteruskan ke masa datang. Seminar ini menggabungkan nilai budaya dan agama. Sejarah Bugis telah ada sejak abad 17 M di alam Melayu. Bahkan di Johor memiliki keturunan Bugis. Karena itu kajian suku Bugis perlu diteliti dengan lebih mendalam, harapnya.
Dikatakan nilai Islam dalam konteks Bugis untuk mempromosikan nilai budaya. Kami sangat terbuka untuk kerjasama penelitian yang bermanfaat untuk kedua institusi. Misalnya Project penerbitan buku dan pengembanhan seni budaya dalam menghasilkan karya individu dan institusi. Juga untuk memaksimalkan kerjasama dengan membangun rancangan kongrit, serta terima kasih atas kerjasama ini, jelasnya.
(HUMAS)