Makassar, umi.ac.id – Orang Bugis Makassar dikenal memiliki sebaran antropolis yang cukup luas di nusantara bahkan di dunia. Di Asia Tenggara sendiri, banyak negara yang diklaim merupakan bagian dari pijakan rantau orang-orang-orang Bugis Makassar.
Salah satu topik yang menarik dibahas adalah bagaimana orang Bugis-Makassar ini memberi kontribusi khususnya kemajuan negara yang ia tinggali. Di Indonesia, Malaysia, dan Singapura misalnya.
Di 3 negara itu tercatat banyak sejarah yang membahas orang Bugis Makassar migrasi, beradaptasi, berdagang, hingga berkontribusi langsung pada era Sistem Pemerintahan Modern sat ini.
Atas misteri itu, Universitas Muslim Indonesia (UMI) menggelar Seminar Internasional dengan menghadirkan pembicara dari tiga negara. Mereka berasal dari perguruan tinggi terkemuka di masing-masing negara
Seminar internasional yang merupakan rangkaian dari milad ke 69 UMI ini digelar secara online dan offline dan dipusatkan di Aula Fakultas Kedokteran UMI, Jalan Urip Sumohardjo, Makassar, Rabu (21/6/2023).
Terpantau ke tiga pembicara itu adalah Dr. Mohamed Bin Abdul Hamid (Departemen of southeast Asia Studies National University Of Singapore) , Prof. Dr. Ir. Muh. Hattah Fattah (Jusuf Kalla Research Center for Bugis-Makassar Cultural Studies UMI), Prof. Dr. Mohd. Roslan Bin MOhd Nor (Departemen of Islamic History and Civillzation Universitity Malaya Malaysia.
Prof. Dr. Ir. H Muh Hattah Fattah, MS, yang juga Wakil Rektor V UMI, mengatakan, misteri tentang Bugis-Makassar perlu diungkap lebih dalam. Sebab, kata dia, beberapa catatan di Negara bagian Eropa pada abad terakhir tentang Bugis-Makassar tak lagi lengkap.
“UMI sepakat dengan Universitas Malaya, Malaysia dan National Universitas Of Singapura untuk melakukan research Misteri Kontribusi Orang Bugis-Makassar di Nusantara pada abad terakhir,” ujarnya.
Profesor Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UMI itu menjabarkan, sebenarnya ada banyak misteri terutama catatan tentang Bugis- Makassar banyak dituliskan oleh orang Eropa khususnya British.
“Dan perlu kita ungkap lebih dalam karena dengan tulisan itu bukan Bugis sendiri pasti ada hal-hal yang tidak diungkap secara transparan,” jelas guru besar Ilmu Kelautan itu.
“Misteri tentang Bugis-Makassar yang tersebar di Eropa perlu disandingkan dengan naskah yang ada di tanah Bugis-Makassar untuk dilakukan analisis dan komparasi, sehingga bisa diungkap lebih detail,” sambungnya.
Ia memastikan jika UMI dan UM Malaysia dan NU Singapore, bersepakat ke depan akan membuat research yang tidak hanya melihat dokumen luar negeri semata tetapi juga menyandingkan dengan naskah-naskah dari tanah Bugis Makassar dan dianalisis, serta dikkomparasi agar bisa terungkap lebih konkrit.
“Sebab sepak terjal misteri Bugis-Makassar di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura berbeda dengan yang ada di Tanah Bugis Makassar. Ada pemahaman yang berbeda tentang Salewatang misalnya,” pungkasnya.
(HUMAS)